PENDAHULUAN
Dalam tata bahasa Arab, terdapat beberapa gaya bahasa (uslub) untuk mengungkapkan pujian (المدح) dan celaan (الذم). Selain نِعْمَ (sebaik-baik) dan بِئْسَ (seburuk-buruk), ada gaya bahasa lain yang lebih ringkas dan baku, yaitu menggunakan حبّذا (habba−dza) untuk pujian dan لا حبّذا (laahabba−dza) untuk celaan.
Secara harfiah, حبّذا dapat diartikan sebagai "alangkah baiknya" atau "sungguh hebat," sementara لا حبّذا berarti "alangkah buruknya."
Struktur Dasar
Struktur حبّذا terdiri dari dua bagian utama:
- حبَّ (habba): Ini adalah fi'il madhi (kata kerja lampau) yang bermakna "menyukai" atau "menjadi baik".
- ذا (dza): Ini adalah isim isyarah (kata tunjuk) yang berfungsi sebagai fa'il (subjek/pelaku) dari kata kerja حبَّ.
Gabungan حبّذا ini berfungsi sebagai khabar muqaddam (predikat yang didahulukan). Sementara itu, kata atau hal yang dipuji disebut al-makhshus bil madh dan berkedudukan sebagai mubtada' mu'akkhar (subjek yang diakhirkan).
Contoh pujian:
حبّذا الصّدقُ
(Habbadzaas−shidqu)
Artinya: "Alangkah baiknya kejujuran itu."
Untuk celaan, strukturnya sama persis, hanya ditambahkan partikel negasi لا (laa) di awal.
Contoh celaan:
لا حبّذا الكذبُ
(Laahabbadzaal−kadzibu)
Artinya: "Alangkah buruknya kebohongan itu."
Karakteristik Utama
Satu keunikan utama dari uslub ini adalah sifatnya yang baku dan tidak berubah. Berbeda dengan uslub lain, komponen ذا (dza) dalam حبّذا tidak berubah bentuknya meskipun hal yang dipuji atau dicela berbeda jenis kelamin (maskulin/feminin) maupun jumlahnya (tunggal, dual, atau jamak).
Perhatikan contoh berikut:
- Maskulin Tunggal: حبّذا زيدٌ (Alangkah baiknya Zaid)
- Feminin Tunggal: حبّذا هندٌ (Alangkah baiknya Hindun)
- Jamak Feminin: حبّذا المسلماتُ (Alangkah baiknya para muslimah)
- Jamak Maskulin: حبّذا العاملون (Alangkah baiknya para pekerja)
Ketidakberubahan ini disebabkan karena ungkapan حبّذا telah mengalir dan digunakan layaknya sebuah peribahasa (جرى مجرى المثل), dan peribahasa dalam bahasa Arab cenderung tidak diubah-ubah bentuknya.
Analisis I'rab (Gramatikal)
Mari kita analisis contoh yang lebih kompleks: حبّذا رجلًا زيدٌ (Alangkah baiknya Zaid sebagai seorang lelaki).
- حبَّ (habba): Fi'il madhi mabni 'alal fath (kata kerja lampau yang berharakat akhir fathah).
- ذا (dza): Isim isyarah mabni yang menempati posisi rafa' sebagai fa'il (subjek).
- رجلًا (rajulan): Berfungsi sebagai tamyiz manshub (penjelas yang berharakat fathah tanwin) untuk memperjelas aspek pujiannya.
- زيدٌ (Zaidun): Ini adalah makhshus bil madh (hal yang dipuji). Ia dapat dianalisis sebagai:
- Mubtada' mu'akkhar marfu' (subjek yang diakhirkan). Dalam hal ini, jumlah حبّذا adalah khabar muqaddam (predikat di awal).
- Khabar dari mubtada' yang dihapus (محذوف وجوبا), yang takdirnya adalah هو (dia).
Variasi Tanpa ذا (dza)
Terkadang, kata kerja حبَّ (habba) digunakan tanpa ذا (dza). Dalam kasus ini, hal yang dipuji menjadi fa'il (subjek) secara langsung.
Contoh:
- حبَّ زيدٌ (habbaZaidun) - Zaid itu baik.
- Bisa juga ditambahkan huruf jar zaidah بِ (bi): حبَّ بزيدٍ (habbabiZaidin). Maknanya sama, namun dengan penekanan.
Dalam bentuk tanpa ذا (dza) ini, huruf ح (ha′) pada حب bisa juga berharakat dhammah menjadi حُبَّ (hubba).
Kesimpulan
Uslub حبّذا dan لا حبّذا adalah cara yang elegan, ringkas, dan kuat untuk menyampaikan pujian atau celaan dalam bahasa Arab. Strukturnya yang baku (حبَّ + ذا) membuatnya lebih mudah digunakan dibandingkan uslub lainnya karena subjeknya (ذا) tidak perlu disesuaikan dengan gender atau jumlah dari hal yang dipuji atau dicela.
Habbadza (حبّذا) dan Laa Habbadza (لا حبّذا)