Abstrak
Artikel ini meneliti penggunaan ungkapan (إليك) dalam bahasa Arab yang secara tradisional bermakna “menjauh” atau “menyingkir”, namun ditemukan pula penggunaannya dalam makna “ambil” atau “terimalah”. Kajian ini bersumber dari karya Dr. Shalāh ad-Dīn az-Za‘blāwī dalam al-Adawāt an-Nahwiyyah, disertai telaah terhadap pendapat para ulama nahwu seperti Sibawaih, as-Suyūṭī, al-Jauharī, Ibn Barrī, dan perbandingan antara mazhab Bashrah dan Kufah. Penelitian ini bertujuan menegaskan legitimasi makna ganda (polysemy) dari bentuk (إليك) sebagai ism fi‘l dalam konteks klasik maupun modern. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif-komparatif terhadap teks-teks primer nahwu dan syair Arab klasik. Hasil kajian menunjukkan bahwa penggunaan (إليك) dengan makna “khudh” (ambil) memiliki dasar yang sah dalam syair Arab dan karya leksikografis klasik, meski tidak disepakati oleh semua mazhab nahwu.
Kata kunci: إليك، أسماء الأفعال، المعنى، خذ، تنحَّ، النحو العربي.
1. Pendahuluan
Dalam kajian linguistik Arab klasik, asmā’ al-af‘āl (اسم الفعل) menempati posisi unik sebagai kategori leksikal yang berfungsi seperti fi‘l (kata kerja) namun berbentuk tetap (غير متصرف). Salah satu contoh yang sering menimbulkan perdebatan adalah ungkapan (إليك).
Secara tradisional, (إليك) dimaknai “menyingkirlah” (تنحَّ), sebagaimana dijelaskan oleh Sibawaih dalam al-Kitāb dan diperkuat oleh as-Suyūṭī dalam Hama‘ al-Hawāmi‘. Akan tetapi, sejumlah teks klasik menunjukkan adanya pemakaian (إليك) dalam arti “ambillah” atau “terimalah”, seperti dalam syair al-Qaṭamī dan penjelasan al-Jauharī dalam aṣ-Ṣiḥāḥ.
Persoalan semantik ini tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga berpengaruh terhadap pemakaian kontemporer dalam tulisan Arab modern, misalnya dalam ungkapan:
وإليك البيان بالتفصيل
yang dipahami sebagai “berikut penjelasannya secara rinci” atau “ambillah penjelasan ini secara rinci.”
2. Tinjauan Pustaka
Menurut Dr. Ṣalāḥ ad-Dīn az-Za‘blāwī (2012), (إليك) tergolong ism fi‘l yang berasal dari bentuk jar-majrūr (حرف جر واسم مجرور). Para ulama nahwu klasik membedakan dua makna utama dari (إليك):
- Makna لازم (intransitif) — sebagaimana dalam إليك عني = تنحَّ عني (“menyingkirlah dariku”), diadopsi oleh mazhab Bashrah.
- Makna متعدٍ (transitif) — seperti إليك الكتاب = خذه (“ambillah kitab ini”), yang dikemukakan oleh sebagian ulama Kufah dan didukung oleh konteks syair.
As-Suyūṭī dalam Hama‘ al-Hawāmi‘ menempatkan (إليك) bersama kelompok nama fi‘l yang berasal dari zharf (kata keterangan tempat) atau jar-majrūr, misalnya:
عندك، لديك، دونك، وراءك، أمامك، إليك، عليك.
Beliau menegaskan bahwa:
"إليك بمعنى تنحَّ، وعليك بمعنى الزم، ودونك بمعنى خذ."
Namun, dalam perkembangan pemakaian, makna خذ juga disematkan pada (إليك).
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-komparatif dengan pendekatan kualitatif filologis. Sumber data primer diambil dari karya nahwu klasik:
- al-Kitāb karya Sibawaih,
- Hama‘ al-Hawāmi‘ karya as-Suyūṭī,
- aṣ-Ṣiḥāḥ karya al-Jauharī,
- Syarḥ at-Tashīl karya Nāẓir al-Jaisy,
serta sumber sekunder dari karya modern seperti al-Adawāt an-Naḥwiyyah karya az-Za‘blāwī dan Jāmi‘ Durūs al-Lughah al-‘Arabiyyah karya al-Ghalāyinī.
Data berupa kutipan teks dan syair dianalisis berdasarkan konteks semantik dan posisi sintaksis untuk menentukan kemungkinan perluasan makna.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Pendapat Mazhab Bashrah
Sibawaih menyatakan secara tegas bahwa:
"وإليك إذا قلت تنحَّ"
sehingga (إليك) dianggap lazim, tidak memiliki objek, dan hanya bermakna “menjauhlah”. Pandangan ini diikuti oleh ar-Raḍī, al-Asymūnī, dan mayoritas ahli Bashrah.
4.2. Pendapat Mazhab Kufah
Sebaliknya, ulama Kufah berpendapat bahwa (إليك) dapat berfungsi sebagai muta‘addī (transitif), dengan makna “ambil” atau “tangkap”. Hal ini tampak dalam tafsir mereka terhadap syair al-Qaṭamī:
إذا التَّيَّازُ ذو العضلاتِ قلنا
إليك إليكَ ضاق بها ذِراعا
Menurut mereka, maknanya adalah: “Ambillah (unta ini), namun ia memberontak hingga engkau kesulitan mengendalikannya.”
Interpretasi ini menunjukkan legitimasi penggunaan (إليك) dalam makna خذ.
4.3. Peneguhan dari Teks Klasik
Al-Jauharī dalam aṣ-Ṣiḥāḥ dan Ibn Barrī dalam komentarnya mengakui adanya bentuk tersebut meskipun disertai catatan metodologis. Ibn Barrī menyebut:
“هذا فيه إشكال لأن سيبويه وجميع البصريين ذهبوا أن إليك بمعنى تنحَّ”
Namun, beliau tidak menolak kebenaran makna secara faktual, hanya menyoroti perbedaan mazhab.
Selain itu, al-Marzūqī dalam Syarḥ Dīwān al-Ḥamāsah menafsirkan bait Ḥujayyah ibn al-Muḍarrib:
"إليك فلومي ما بدا لك واغضبي"
dengan makna “Peganglah pendirianmu dan teruslah mencela sesukamu.”
Hal ini mendukung adanya dimensi semantik baru dalam (إليك).
4.4. Pengakuan Ulama Modern
Beberapa ahli modern seperti al-Kafawī (al-Kulliyyāt) dan al-Ghalāyinī (Jāmi‘ Durūs al-Lughah) menegaskan dua makna ini sekaligus:
"إليك عني بمعنى تنحَّ عني، وإليك الكتاب بمعنى خذه."
Az-Za‘blāwī menyimpulkan bahwa kedua makna tersebut sahih, bergantung pada konteks kalimat. Oleh karena itu, ungkapan seperti "إليك البيان" dapat diterima secara gramatikal dan semantik.
5. Kesimpulan
Berdasarkan analisis terhadap sumber-sumber klasik dan modern, dapat disimpulkan bahwa:
- Ungkapan (إليك) memiliki dua makna sahih dalam bahasa Arab:
- Intransitif: “menyingkirlah” (تنحَّ) — menurut Bashrah.
- Transitif: “ambillah” (خذ) — menurut Kufah dan sejumlah pendukung modern.
- Kedua makna tersebut diakui dalam kamus dan syair Arab klasik, sehingga tidak dapat dinyatakan salah secara mutlak.
- Pemakaian modern seperti “وإليك البيان بالتفصيل” merupakan perluasan semantik yang sah dan memiliki dasar dalam khazanah Arab klasik.
- Dengan demikian, (إليك) termasuk ism fi‘l yang menunjukkan fleksibilitas makna dan menjadi contoh penting dalam kajian perluasan semantik dalam bahasa Arab.
Daftar Pustaka
- Sibawaih, al-Kitāb, ed. Derenbourg.
- As-Suyūṭī, Hama‘ al-Hawāmi‘.
- Al-Jauharī, aṣ-Ṣiḥāḥ.
- Ibn Barrī, Ta‘līq ‘alā aṣ-Ṣiḥāḥ.
- Nāẓir al-Jaisy, Syarḥ at-Tashīl.
- Az-Za‘blāwī, Ṣalāḥ ad-Dīn. al-Adawāt an-Naḥwiyyah wa Mā Ya‘taridu al-Kuttāb min al-Labs fī Isti‘māliha.
- Al-Ghalāyinī, Muṣṭafā. Jāmi‘ Durūs al-Lughah al-‘Arabiyyah.
- Al-Kafawī, al-Kulliyyāt.
Sumber: https://ketabonline.com/ar/books/1772/read?part=1&page=963&index=1941962/1942465/1942467
Penggunaan Ungkapan (إِلَيْك) dengan Makna (خُذْ): Kajian Linguistik terhadap Pergeseran Makna dalam Isim Fi‘l (أَسْمَاءُ الْأَفْعَال)