Skip ke Konten

Apa Arti Shalawat kepada Nabi?

29 Juni 2025 oleh
Apa Arti Shalawat kepada Nabi?
Ahmad Ubaidillah
| Belum ada komentar

Setiap Muslim akrab dengan kalimat "Allahumma shalli 'ala Muhammad", sebuah doa agung yang menjadi bagian tak terpisahkan dari ibadah dan zikir. Namun, pernahkah kita merenungkan makna sesungguhnya di balik ucapan tersebut? Apa yang kita mohonkan kepada Allah ketika kita berselawat untuk Nabi Muhammad ﷺ?


1. Konteks Al-Qur'an: Shalawat Allah untuk Kaum Beriman

Sebelum memahami shalawat untuk Nabi, penting untuk melihat bagaimana Al-Qur'an menggunakan istilah ini untuk kaum beriman secara umum. Allah berfirman:

هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا

"Dialah yang memberi shalawat kepadamu dan para malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), agar Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman." (QS. Al-Ahzab: 43)

Menurut Imam Ibnul Jauzi dalam tafsirnya, makna "shalawat Allah untuk kita" memiliki beberapa penafsiran dari para ulama salaf:

  • Rahmat-Nya (pendapat Al-Hasan)
  • Ampunan-Nya (pendapat Sa'id bin Jubair)
  • Pujian-Nya (pendapat Abu al-'Aliyah)
  • Kemuliaan dari-Nya (pendapat Sufyan)
  • Keberkahan-Nya (pendapat Abu 'Ubaidah)

Adapun "shalawat para malaikat untuk kita" berarti doa dan permohonan ampun (istighfar) mereka bagi kita. Dari sini kita melihat bahwa "shalawat" adalah sebuah istilah kaya makna yang merujuk pada berbagai bentuk curahan kebaikan dari Allah dan para malaikat-Nya.

2. Makna Inti Shalawat: "Perhatian dan Pengagungan" (الاعتناء والتعظيم)

Ketika konteksnya adalah shalawat untuk Nabi Muhammad ﷺ, para ulama menyimpulkan bahwa ada satu makna inti yang menyatukan semua penafsiran lainnya. Hujjatul Islam Al-Ghazali menyatakan bahwa hakikat shalawat adalah الاعتناء بالمصلى عليه (memberikan perhatian, kepedulian, dan pemeliharaan kepada sosok yang diselawati).

Konsep "perhatian agung" ini dijabarkan lebih lanjut oleh para imam lainnya:

  • Imam Al-Baydhawi menafsirkan يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ sebagai, "Allah dan para malaikat-Nya senantiasa memberi perhatian untuk menampakkan kemuliaan dan mengagungkan kedudukan Nabi." Maka, perintah kepada kita untuk berselawat adalah agar kita juga turut memberikan perhatian tersebut.
  • Imam Ibnul Qayyim dalam Jala'ul Afham menyimpulkan: "Makna shalawat adalah pujian (tsana') untuk Rasulullah ﷺ, perhatian (inayah) kepadanya, serta menampakkan kemuliaan, keutamaan, dan kehormatannya."

3. Dimensi dan Wujud Praktis dari Shalawat

"Perhatian dan Pengagungan" ini bukanlah konsep abstrak, melainkan terwujud dalam beberapa dimensi praktis:

a. Dimensi Pujian (الثناء)

Ini adalah pendapat yang sangat masyhur dari Abu al-'Aliyah dan dipegang kuat oleh Ibnul Qayyim serta Syekh Ibnu Utsaimin, yaitu bahwa shalawat Allah kepada Nabi-Nya adalah pujian untuk beliau di hadapan para malaikat yang mulia (الملأ الأعلى). Dengan berselawat, kita memohon agar Allah senantiasa memuji dan meninggikan nama Nabi-Nya di langit.

b. Dimensi Doa dan Permohonan

Shalawat adalah doa termulia, yang isinya dijelaskan secara rinci oleh Imam Ibnu al-Jazari: "Ketika kita berkata اللّهُمّ صَلِّ عَلَى مُحَمّد, maknanya adalah:

  • Di Dunia: Agungkanlah beliau dengan meninggikan sebutannya, menampakkan dakwahnya, dan melanggengkan syariatnya.
  • Di Akhirat: Agungkanlah beliau dengan menerima syafaatnya untuk umatnya, serta melipatgandakan pahala dan ganjarannya."

c. Dimensi Perbuatan, Kepatuhan, dan Pengikutan (الإتباع والإنقياد)

Ini adalah level pemaknaan yang paling mendalam. Shalawat tidak berhenti di lisan, tetapi harus mewujud dalam perbuatan. Imam Al-Khatib asy-Syirbini menjelaskan bahwa perintah صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا juga berarti:

"Tunjukkanlah kemuliaan beliau dengan segala kemampuan kalian; melalui baiknya ittiba' (mengikuti jejaknya), banyaknya pujian yang baik untuknya, dan kepatuhan total atas segala perintahnya."

Kesimpulan: Hakikat Menyeluruh dari Perintah Bershalawat

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perintah untuk berselawat kepada Nabi Muhammad ﷺ adalah sebuah perintah yang komprehensif. Ia mencakup:

  • Memberikan perhatian penuh untuk menampakkan kemuliaan, keutamaan, dan kehormatan beliau.
  • Memuji beliau atas kesempurnaan penciptaan, akhlak, dan perjalanan hidupnya.
  • Memuliakan kedudukannya yang agung di sisi Allah.
  • Mengerahkan segenap kemampuan, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, untuk mengikuti jejaknya, patuh pada perintahnya, dan meninggikan syariatnya.

Inilah makna sesungguhnya dari shalawat; sebuah jalinan cinta dan pengagungan dari seorang hamba kepada Nabinya, yang terwujud dalam doa, pujian, dan amal nyata.


Para ulama telah membahas makna الصلاة على النبي (as−Shalatu′alanNabi) secara mendalam, dan setidaknya ada dua pendapat utama mengenai hal ini.

1. Pendapat Jumhur (Mayoritas) Ulama: Rahmat, Istighfar, dan Doa

Pendapat pertama yang dipegang oleh mayoritas ulama (jumhur) mendefinisikan shalawat berdasarkan siapa yang melakukannya:

  • Shalawat dari Allah : Berarti Rahmat (kasih sayang dan karunia).
  • Shalawat dari Malaikat: Berarti Istighfar (permohonan ampun).
  • Shalawat dari Manusia: Berarti Doa (permohonan agar Allah melimpahkan kebaikan).

Menurut pandangan ini, ketika kita berselawat, kita sedang berdoa agar Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Nabi ﷺ, dan para malaikat memohonkan ampun untuk beliau.

2. Pendapat Kedua (Rajih): Pujian di Hadapan Makhluk Tertinggi

Pendapat kedua, yang dianggap lebih kuat (rajih) oleh sejumlah ulama peneliti (muhaqqiqin), memberikan makna yang lebih spesifik dan agung.

Pandangan ini diusung oleh ulama salaf seperti Abu al-'Aliyah (w. 90 H.) termasuk Kibar Tabi'in, dan diperkuat oleh ulama terkemudian seperti Imam Ibnul Qayyim (dalam kitabnya Jala'ul Afham) dan ulama kontemporer seperti Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin.

Abu al-'Aliyah berkata:

صلاة الله: ثناؤه عليه عند الملائكة، وصلاة الملائكة الدعاء

"Shalawat Allah (kepada Nabi) berarti pujian-Nya atas Nabi di hadapan para malaikat, sedangkan shalawat para malaikat berarti doa (untuk Nabi)." (Shahih Bukhari sebelum Hadits no. 4797)

Yang dimaksud di hadapan para Malaikat adalah al-Mala' al-A'la (الملأ الأعلى) yakni para Malaikat yang dekat di sisi Allah.

Jadi, ketika seorang hamba mengucapkan "Allahumma shalli 'ala Muhammad", ia sejatinya sedang memohon, "Ya Allah, pujilah Nabi Muhammad di hadapan para malaikat-Mu yang mulia."

Mengapa "Pujian" Dianggap Makna yang Lebih Kuat?

Syekh al-Utsaimin dalam kitabnya Asy-Syarh al-Mumti' memberikan beberapa argumentasi mengapa makna "pujian" lebih kuat daripada sekadar "rahmat".

  1. Shalawat dan Rahmat adalah Dua Hal Berbeda
    Jika shalawat bermakna sama dengan rahmat, maka tidak akan ada perbedaan di antara keduanya. Faktanya, seluruh ulama sepakat boleh mendoakan "rahmat" untuk setiap mukmin, tetapi mereka berselisih pendapat mengenai bolehkah berselawat untuk selain nabi. Perbedaan perlakuan hukum ini menunjukkan perbedaan makna.
  2. Dalil dari Al-Qur'an
    Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 157:

    أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

    "Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."

    Dalam ayat ini, Allah menggunakan kata sambung و (wa, yang berarti "dan") untuk memisahkan antara صلوات (shalawat) dan رحمة (rahmat). Dalam kaidah bahasa Arab, penggunaan kata sambung ini menunjukkan bahwa kedua hal tersebut adalah entitas yang berbeda (al-'athfu yaqtadhi al-mughayarah).

  3. Keterkaitan dengan "Hubungan" (الصِّلَة)
    Meskipun secara bahasa kata صلاة (shalat) dekat dengan makna "doa", ia juga memiliki akar kata yang berhubungan dengan صلة (shilah), yang berarti "hubungan" atau "koneksi". Syekh al-Utsaimin menjelaskan bahwa pujian Allah untuk Nabi-Nya di hadapan para malaikat adalah bentuk penghormatan dan "hubungan" termulia yang bisa diberikan, karena pujian dan nama baik seringkali lebih berharga bagi seseorang daripada apa pun.

Kesimpulan

Meskipun pendapat mayoritas ulama memaknai shalawat sebagai rahmat, istighfar, dan doa, terdapat pandangan lain yang dianggap lebih kuat oleh para ulama peneliti, yaitu permohonan agar Allah memuji Nabi Muhammad ﷺ di hadapan para malaikat-Nya.

Memahami makna yang lebih dalam ini akan menambah kekhusyukan dan kesadaran kita akan agungnya kalimat shalawat yang kita ucapkan. Ini bukan sekadar doa biasa, melainkan sebuah permohonan untuk mengagungkan sosok termulia di alam semesta, Rasulullah Muhammad ﷺ.

Sumber: Asy-Syarh al-Mumti' karya Syaikh Ibnu Utsaimin, 3/163-164

Apa Arti Shalawat kepada Nabi?
Ahmad Ubaidillah 29 Juni 2025
Share post ini
Label
Arsip
Masuk untuk meninggalkan komentar